TAXONOMI
Phylum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub
kelas : Secernantea
Ordo : Rhabditida
Super
famili : Rhabditidae
Famili : Strongyloididae
Genus : Strongyloides
Spesies : Strongyloides Stercoralis (Jeffry HC
dan Leach RM, 1983)
MORFOLOGI
Cacing
dewasa
Cacing
betina yang hidup sebagai parasit, dengan ukuran 2,20 x 0,04 mm, adalah
seekor nematoda filariform yang kecil, tak berwarna, semi transparan dengan
kutikulum yang bergaris halus. Cacing ini mempunyai ruang mulut dan oesophagus
panjang, langsing dan silindris. Sepanjang uterus berisi sebaris telur yang
berdinding tipis, jenih dan bersegmen. Cacing betina yang hidup bebas lebih
kecil dari pada yang hidup sebagai parasit, menyerupai seekor nematoda
rabditoid khas yang hidup bebas dan mempunyai sepasang alat reproduksi. Cacing
jantan yang hidup bebas lebih kecil dari pada yang betina dan mempunyai ekor
melingkar.
Telur
Telur
dari bentuk parasitik, sebesar 54 x 32 mikron berbentuk bulat oval dengan
selapis dinding yang transparan. Bentuknya mirip dengan telur cacing tambang,
biasanya diletakkan dalam mukosa usus, telur itu menetas menjadi larva
rabditiform yang menembus sel epitel kelenjar dan masuk kedalam lumen usus
serta keluar bersama tinja. Telur jarang ditemukan di dalam tinja kecuali
sesudah diberi pencahar yang kuat.
SIKLUS
HIDUP
Parasit
ini mempunyai 3 macam siklus :
1.Siklus
langsung
Sesudah
2 – 3 hari di tanah, larva rabditiform berubah menjadi larva filariform, bila
larva filariform menembus kulit manusia, larva tumbuh dan masuk ke dalam
peredaran darah vena dan kemudian melalui jantung kanan sampai ke paru, dari
paru parasit yang mulai menjadi dewasa menembus alveolus, masuk ke trakea dan
laring. Sesudah sampai di laring reflek batuk, sehingga parasit tertelan,
kemudian sampai diusus halus bagian atas dan menjadi dewasa.
2.Siklus
tidak langsung
Larva
rabditiform berubah menjadi cacing jantan dan betina bentuk bebas,
sesudah pembuahan, cacing betina menghasilkan telur yang menetas menjadi larva
rabditiform, larva rabditiform dalam waktu beberapa hari dapat menhasilkan
larva filariform yang infektif dan masuk kedalam hospes.
3.Auto
infeksi
Larva
rabditiform menjadi larva filariform di usus atau di daerah sekitar anus (perianal)
bila larva filariform menembus mukosa atau kulit perianal, mengalami
suatu lingkaran perkembangan di dalam hospes. Auto infeksi menerangkan adanya
Strongyloidiasis yang persisten, mungkin selama 36 tahun, di dalam penderita
yang hidup di derah non endemik.
EPIDEMIOLOGI
Penyebaran
infeksi strongyloides seiring dengan infeksi cacing tambang, tetapi
frekuensinya lebih rendah di daerah dengan iklim sedang. Infeksi terutama
terdapat di daerah tropik dan sub tropik, dimana panas, kelembaban dan tidak
adanya sanitasi menguntungkan lingkaran hidupnya yang bebas. Di Amerika
Serikat hal ini terjadi di bagian selatan, di daerah luar kota.
DIAGNOSA
LABORATORIUM
Diagnosa
pasti dapat ditegakkan dengan ditemukannya larva pada daerah perianal yang
diperiksa dengan metoda graham scoth.
0 komentar:
Posting Komentar