MAKALAH BAKTERIOLOGI
BAKTERI YANG TERAPAT PADA SUSU
Disusun oleh:
Alifia Wisdayanti P (A 102.08.001)
BAB I
Pendahuluan
Kasus
Pada tanggal 25 April 2013 Rika berulang tahun,
perayaan ulang tahunnya dilakukan di sekolah dengan membagi-bagikan makanan
ringan dan susu bermerk X. Dua jam kemudian, teman-teman Rika mengalami pusing,
mual, muntah dan lemas. Diduga keracunan tersebut disebabkan oleh susu merk X
yang dibagikan. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium, ditemukan bakteri Gram
(+) coccus bergerombol seperti anggur, pada media BAP koloni putih susu kecil,
tes katalase positif, Uji Fermentasi media MSA positif, tes koagulase positif,
sehingga dapat disimpulkan bakteri yang yang mengkontaminasi susu dan
menyebabkan keracunan adalah Staphylococcus
aureus.
Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Bakteri apa saja yang dapat mengkontaminasi susu sehingga menyebabkan
keracunan?
2.
Bagaimana cara mengetahui adanya bakteri dalam susu?
3.
Bagaimana cara memperlakukan susu untuk menjaga kesterilan susu?
Pembahasan
Susu
adalah cairan bergizi berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia
betina. Susu sapi diolah menjadi berbagai produk seperti mentega, yogurt,
es krim, keju, susu kental manis, susu bubuk dan lain-lainnya untuk konsumsi
manusia. Dewasa ini, susu memiliki banyak fungsi dan manfaat. Untuk umur produktif,
susu membantu pertumbuhan mereka. Untuk orang lanjut usia, susu membantu
menopang tulang agar tidak keropos. Susu mengandung banyak vitamin dan
protein. Secara alamiah susu sapi segar telah mengandung sejumlah
vitamin, mineral, laktosa (gula susu), asam lemak esensial (asam linoleat dan
asam linolenat), asam amino esensial (triptophan, tirosin), sphingomyelin,
laktoferin, serta prebiotik galakto-oligosakarida (GOS) dengan komposisi yang
lengkap.
Sayangnya,
kandungan gizi yang tinggi tidak hanya menarik bagi manusia. Jika dibiarkan
untuk waktu yang lama, nutrisi yang ada di dalam susu memungkinkan
mikroorganisme untuk tumbuh sehingga menyebabkan susu tidak layak untuk
konsumsi manusia.
Pada
saat susu keluar setelah diperah, susu merupakan suatu bahan yang murni,
higienis, bernilai gizi tinggi, mengandung sedikit kuman atau boleh dikatakan
susu masih steril. Demikian pula bau dan rasa tidak berubah dan tidak berbahaya
untuk diminum. Setelah beberapa saat berada dalam suhu kamar, susu sangat peka
terhadap pencemaran sehingga dapat menurunkan kualitas susu. Kualitas susu yang
sampai ditangan konsumen terutama ditentukan antara lain oleh jenis ternak dan
keturunannya (hereditas), tingkat laktasi, umur ternak, peradangan pada ambing,
nutrisi/pakan ternak, lingkungan dan prosedur pemerahan susu.
Kualitas
susu berpengaruh pada kesehatan konsumen. Jika mengkonsumsi susu dengan
kualitas yang buruk akan timbul berbagai masalah kesehatan contohnya adalah
keracunan. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai bakteri-bakteri yang dapat
mengkotaminasi susu sehingga menyebabkan keracunan serta cara mengetahui
adanya dalam susu tersebut. Setelah itu
perlu juga mengetahui perlakuan terhadap susu untuk menghindarkan kontaminasi
bakteri-bakteri yang dapat menurunkan kualitas susu.
Bakteri Dalam Susu
Staphylococcus aureus
Salah
satu bakteri penyebab keracunan setelah
minum susu adalah Staphylococcus aureus.
Di beberapa negara di Eropa, seperti
Norwe-gia, Staphylococcus aureus
merupakan
salah satu bakteri penyebab
keracunan setelah minum susu.
Sumber-sumber Staphylococcus aureus
terdapat di sekitar
kita, yaitu bagian
permukaan kulit, mukosa mulut, hidung,
dan kulit kepala. Pemeriksaan S.aureus dapat menggunakan
metode isolasi dilanjutkan uji
koaglutinasi plasma kelinci.
Salmonella sp.
Salmonella
sp. merupakan bakteri ber-bahaya yang dikeluarkan dari saluran pencernaan hewan dan manusia
bersama dengan feses. Salmonella
enteritidis merupakan
salah satu serotipe yang sering
mengontaminasi susu di samping Salmonella
typhimurium. Berdasarkan
SNI 01-6366-2000, pemerik-saan Salmonella sp.dilakukan secara kualitatif dan harus negatif.
Escherichia coli
Escherichia coli termasuk
bakteri berbahaya karena dapat
menyebabkan diare. Salah satu syarat
Escherichia coli dalam
SNI 01-6366-2000 harus
negatif.
Bakteri Pencemar Susu
Bakteri
pencemar dalam susu dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu bakteri patogen dan bakteri pembusuk.
Bakteri pembusuk seperti Micrococcus sp , Pseudomonas
sp , dan Bacillus sp akan menguraikan
protein menjadi asam amino
dan merombak lemak dengan enzim
lipase sehingga susu menjadi asam
dan berlendir. Beberapa Bacillus
sp.
yang mencemari susu antara lain adalah
Bacillus cereus, Bacillus
subtilis, dan Bacillus
licheniformis. Esherichia
coli
O157: H7 termasuk kelompok enterohemoragik
Escherichia coli (EHEC) pada manusia yang menyebabkan terjadinya hemorrhagic colitis (HC),
hemolyticuremic syndrome (HUS), danthrombo-cytopenia purpura (TPP). Infeksi Escherichia Coli O157:H7 pada manusia terjadi karena minum susu yang terkontaminasi
feses sapi atau dari lingkungan.
Bakteri
yang mampu hidup pada refrigerator
adalah Listeria monocytogenes. Infeksi Listeria monocytogenes pada manusia terjadi secara kronis. Kejadian Listeria mono-cytogenes dalam
susu dipengaruhi oleh musim.
Pada musim dingin, kasus listeriosis pada manusia lebih sering muncul dibeberapa
negara di Eropa. Listeriosis
di Eropa disebabkan mengonsumsi
keju yang berasal dari susu
mentah. Pada wanita hamil, Listeria
Monocytogenes menye babkan keguguran karena bakteri tersebut dapat menembus plasenta.
Kasus
keracunan setelah minum susu juga
disebabkan oleh Camphylobacter
jejuni.
Kasus tersebut terjadi pada anak sekolah, terutama pada saat melakukan
kunjungan ke
peternakan. Susu yang terkontaminasi
kotoran
unggas berpotensi menimbul-kan terjadinya food borne disease oleh Camphylobacter
jejuni.
Kelompok
Bacillus sp. yang sering menjadi
penyebab keracunan setelah minum
susu adalah Bacillus
cereus. Kontaminasi Bacillus cereus dengan jumlah 104 cfu/ml berpotensi
menghasilkan toksin
sehingga menimbulkan gejala seperti
mual dan muntah. Gejala keracunan
Bacillus cereus dalam
susu mencuat pada tahun 1988−1989. Gejala muncul
0,50−1 jam setelah minum susu.
PEMERIKSAAN
MIKROBIOLOGIS
Total
Plate Count(TPC)
SNI 01-6366-2000 mensyaratkan peme-riksaan TPC perlu
dilakukan untuk me-ngetahui kualitas susu. Jumlah TPC >10 6 cfu/ml
menyebabkan mikroba cepat berkembang dan toksin sudah terbentuk Susu akan cepat
rusak apabila disimpan pada suhu ruang lebih dari 5 jam, jarak antara peternak
dan tempat pengumpul susu jauh tanpa dilengkapi dengan sarana pendingin. Sebagian
industri pengolahan susu akan menolak susu apabila jumlah TPC >10 6 cfu/ml. Pemeriksaan
TPC dapat dilakukan dengan metode hitungan cawan
Koliform
Koliform merupakan parameter sanitasi susu dan produk
lainnya. Koliform termasuk bakteri yang dikeluarkan dari saluran pencernaan
hewan dan manusia. Pemeriksaan koliform dapat menggunakan metode Most Probe
Number (MPN).
Isolasi
dan Identifikasi
Isolasi dan identifikasi merupakan metode konvensional
dalam pemeriksaan bakteri yang didasarkan pada reaksi biokimia. Oleh karena
itu, dalam isolasi dan iden-tifikasi bakteri diperlukan media yang selektif.
Setelah dilakukan pewarnaan Gram dilanjutkan dengan uji biokimia pada berbagai
media seperti gula. Bakteri yang sudah diisolasi dan diidentifikasi
selan-jutnya diuji secara serologis untuk menentukan serotipenya. Isolasi dan identifikasi
untuk berbagai jenis bakteri dapat mengikuti metode Cowan.
Polymerase
Chain Reaction(PCR)
Merupakan uji mikrobiologis yang lebih sensitif
dibandingkan dengan metode konvensional. Saat ini banyak pengem-bangan dari
metode PCR, salah satunya adalah MultiplexPCR. Metode ini dapat digunakan untuk
mendeteksi Staphylococcus aureus dan
membedakan jenis enterotoksin. Pengembangan PCR yang membe-rikan sensitivitas
93,30% dan mendeteksi S. aureus103cfu/g adalah Real TimePCR (RTQ-PCR). Teknik 3 Reaction multiplexPCR lebih akurat,cepat,
dan spesifik karena metode tersebut menggunakan tiga primer sehingga dalam satu
kali runningdapat mendeteksi tiga jenis bakteri patogen sekaligus.
Dalam kasus keracunan susu yang disebutkan di atas,
susu yang beracun tersebut merupakan susu yang cara sterilisasinya menggunakan
metode UHT. Seharusnya bakteri di dalam susu sudah mati karena adanya pemanasan
tinggi berarti bakteri dalam susu tersebut berasal dari kontaminasi selama
proses produksi dan penyimpanan.
LANGKAH
PENGENDALIAN
Mencegah keracunan setelah minum susu dapat dilakukan
dengan memperbaiki proses penerimaan bahan baku atau susu segar, penanganan,
pemrosesan, dan penyimpanan. Kontaminasi pada susu dapat dikurangi antara lain
dengan menjaga kesehatan ternak, higiene susu, dan pasteurisasi. Higiene personal
berperan penting pula dalam mencegah keracunan setelah minum susu. Penerimaan
bahan baku harus memenuhi standar SNI susu segar. Selama pena-nganan, susu
ditempatkan pada suhu dingin dalam milk cantertutup sehingga terhindar dari
kontaminasi lingkungan. Untuk susu segar yang telah meme-nuhi standar SNI,
proses penyimpanan dan pendistribusiannya sampai ke tangan konsumen perlu
diperhatikan. Penyim-panan harus dilakukan pada suhu dingin sampai susu ke
tangan konsumen karena meskipun telah melalui proses pasteuri-sasi, susu masih
mengandung bakteri pembusuk. Bakteri pembusuk akan berkembang pada suhu ruang.
Oleh karena itu, susu pasteurisasi harus disimpan pada kondisi dingin. Susu
yang mengandung mikroba >106 cfu/ml sudah terbentuk toksin yang dengan
pasteuri-sasi masih dapat bertahan hidup.
Pasteurisasi
Kasus keracunan setelah minum susu perlu diwaspadai
dan diperlukan tindakan pencegahan. Pasteurisasi merupakan salah satu tindakan
yang dapat dilakukan untuk mematikan bakteri patogen. Namun, melalui
pasteurisasi, bakteri yang berspora masih tahan hidup sehingga susu pasteurisasi
hanya memiliki masa kedaluwarsa sekitar satu minggu. Pasteurisasi dilakukan
dengan waktu tertentu sepertidisajikan pada Tabel 2. Pasteurisasi tidak mengubah
komposisi susu sehingga komposisinya masih setara susu segar (Jay 1996).
Pasteurisasi umumnya dilakukan pada suhu 720 C selama 15 detik.
Ultra
high temperature(UHT)
Susu yang melalui proses UHT akan memiliki masa kedaluwarsa
lebih panjang dibandingkan dengan susu pasteurisasi. Susu dengan proses UHT
akan steril karena bakteri pembusuk, patogen, dan berspora akan mati sehingga
susu aman dikonsumsi. Kasus keracunan setelah minum susu yang disebabkan oleh
S. aureusterjadi karena kontaminasi selama penyimpanan maupun proses produksi.
Penggunaan
Bakteriosin
Bakteriosin merupakan antimikroba yang digunakan untuk
menonaktifkan mikroba. Pengendalian bakteri patogen dapat dilakukan dengan
kombinasi antara bakteriosin yang dihasilkan bakteri asam laktat dan suhu
tinggi. Cara ini sudah diterapkan pada industri keju diSpanyol.
Nisin dan bakteriosin merupakan antimikroba yang dihasilkan oleh Lactococcus lactis subsp. Lactis yang
dapat menekan Bacillus cereus dalam
susu. Nisin merupakan antimikroba alami yang sudah lama digunakan untuk
mengendalikan bakteri pembusuk dalam proses pasteuri- sasi susu sehingga sel
vegetatif dan spora Bacillus cereus
tidak aktif.
2 komentar:
Bisa minta alamat email nya gak..butuh info tentang susu
thanks!
Posting Komentar